RSS

MERUBAH PARADIGMA DISABILITAS DALAM PANDANGAN MASYARAKAT

27 Nov

WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa 15% dari penduduk dunia adalah Penyandang Disabilitas, jadi dapat disimpulkan bahwa 15% dari penduduk Indonesia adalah mereka penyandang disabilitas. Perkembangan yang cukup signifikan untuk jumlah penyandang disabilitas, kalau sebelum 2011 asumsi tersebut hanya 10% sekarang berkembang menjadi 15%, ini disebabkan juga faktor bencana yang akhir-akhir ini banyak terjadi di dunia, sehingga menjadikan pertambahan jumlah penyandang disabilitas. Namun selama ini penyadang Disabilitas di Indonesia hanyalah dianggap sebagai kaum kelas dua. Mereka adalah kaum yang sering mengalami diskriminasi baik di dalam keluarga, masyarakat, maupun Negara.

Masyarakat Indonesia masih beranggapan bahwa Penyandang Disabilitas itu “sakit” bukan sekumpulan orang yang sehat, sehingga sering kali di dalam lowongan pekerjaan dicantumkan klausul “Sejat Jasmani dan Rohani”, yang terjadi adalah penolakan-penolakan ketika seorang penyandang disabilitas melamar sebuah pekerjaan karena mereka dianggap “sakit”. Paradigma yang lainnya adalah penyandang disabilitas adalah sekelompok orang yang dianggap “tidak mampu” dalam melakukan pekerjaan sehingga hidupnya sangat tergantung dengan orang lain dan ini menyebabkan tidak ada harapan bagi mereka untuk hidup secara mandiri sehingga patut untuk “dikasihani”.
Belum lagi stigmatisasi yang ada di dalam masyarakat kita bahwa anak yang terlahir menyandang disabilitas itu adalah sebuah kutukan karena dosa yang disebabkan oleh orang tuanya sebelum si anak lahir, sehingga kecenderungannya adalah mengurung anaknya dan menyembunyikan anaknya dari masyarakat sekitarnya. Sehingga hal ini menyebabkan anak tersebut minder dan tidak pandai bergaul. Disamping itu yang sungguh mencengangkan apabila seorang ibu hami bertemu dengan penyandang disabilitas, si ibu hamil tersebut akan mengusap-usap perutnya sambil berkata amit-amit jabang bayi, seakan-akan kesan yang timbul penyandang disabilitas itu monster yang menakutkan. Padahal kami penyandang disabilitas tidak pernah mau terlahir sebagai penyandang disabilitas.
Kami penyandang disabilitas adalah entitas yang juga butuh dihargai, yang juga punya kemauan dan kemampuan layaknya manusia lainnya. Kami juga punya semangat untuk menaklukan dunia
Peran Keluarga
Keluarga adalah satuan masyarakat terkecil, keluarga adalah pintu seseorang menuju perjalanan menaklukan dunia. Sehingga peran keluarga sangatlah penting dalam membentuk seseorang meraih cita dan asa. Demikian juga penyandang disabilitas, keluarga menjadi tolak ukur seberapa jauh dia bisa hidup mandiri dan mampu bergaul dengan lingkungannya.
Sangat disayangkan sebagian keluarga masih menutup diri jika mempunyai anak penyandang disabilitas, mereka merasa malu jika anaknya diketahui oleh tetangga disekitarnya, bahkan ada yang sampai anaknya dipasung. Sikap diskriminasi sudah dimulai di keluarga. Mereka tidaklah sadar bahwa anak tersebut juga membutuhkan sosialisasi karena manusia adalah makhluk sosial (homo homini socius). Anak disabilitas adalah socialita juga yang perlu mengembangkan kepribadian diri dan bakatnya karena mereka punya cita-cita yang sama dengan socialita lainnya.
Memperlakukan penyandang disabilitas sewajarnya di keluarga adalah cara efektif menuju kemandirian mereka. Menumbuhkembangkan bakat yang ada di dalam diri penyandang disabilitas di dalam keluarga adalah salah satu cara menolong mereka dari keterasingan, keterasingan dari masyarakat sekitar atau keterasingan dari dunia yang nantinya akan mereka hadapi ketika keluarga mereka sudah tidak mampu untuk mendampingi mereka terus.
Memberikan porsi yang sama dalam mendidik penyandang disabilitas dan memenuhi kebutuhan pendidikan mereka sama dengan anggota keluarga yang lain. Jangan ada anggapan bahwa pendidikan tidaklah penting bagi penyandang disabilitas. Pendidikan adalah bekal bagi mereka untuk beraktualisasi dengan lingkungannya, baik itu pendidikan formal maupun informal.
Banyak penyandang disabilitas yang sukses karena keluarga memberikan kebebasan penyandang disabilitas untuk meraih pendidikan. Salah satu contohnya Bapak Saharudin Daming, seorang tuna netra pertama yang berhasil meraih gelar Doctor Ilmu Hukum dan sekarang sebagai salah satu komisioner dalam Komnas HAM. Artinya penyandang disabilitas jika diberikan kesempatan yang sama dalam pendidikan kemampuan mereka juga akan sama dengan manusia lainnya. Artinya jangan sampai ada rasa diskriminasi dalam mendidik anak penyandang disabilitas, jangan ragu akan kemampuan mereka.
Mereka pasti bisa jika mereka diberi kepercayaan yang sama. Mereka bukanlah kutukan karena di dalam agama apapun tidak ada yang namanya dosa turunan sehingga apa yang dilakukan oleh orang tuanya menyebabkan seseorang tersebut terlahir sebagai penyandang disbilitas.sudah saatnya keluarga mempunyai pikiran terbuka ketika salah anggota keluarganya penyandang disabilitas, sikap terbuka (open mind) akan mampu membawa kemandirian dalam kehidupan penyandisabilitas.

Peran Masyarakat
Masyarakat inklusi adalah sesuatu yang akhir-akhir ini banyak di dengung-dengungkan dalam aksi-aksi penyandang disabilitas. Artinya tidak hanya penyandang disabilitas saja yang harus berusaha menjadi inklusi tetapi masyarakat dan lingkungan sekitar juga harus berusaha mau menerima “keberadaan” penyandang disabilitas. Apabila ingin mengambil keputusan-keputusan yang berkaitan dengan penyandang disabilitas haruslah tidak mendengar dari keluarga atau pendampingnya, masyarakat harus berbicara langsung kepada penyandang disabilitas tersebut sehingga tau kebutuhannya.
Dalam aktifitas-aktifitas kemasyarakatan penyandang disabilitas juga didorong untuk ikut berperan serta secara aktif. Mereka harus di dengar pendapatnya, hak-haknya juga harus dipenuhi. Dan tidak lagi menganggap sebelah mata terhadap kemampuan penyandang disabilitas. Kemampuan seseorang bukan dilihat dari fisiknya tetapi dari karya yang dihasilkannya, sudah banyak penyandang disabilitas yang mengharumkan nama bangsa atau melakukan sesuatu yang bisa berguna bagi lingkungannya.
Apa yang dilakukan penyandang disabilitas itu adalah tidak lain membuktikan tentang eksistensi mereka yang ingin dihargai dan menjadi bagian dari masyarakat. Penyandang disabilitas juga punya kemampuan untuk memimpin, penyandang disabilitas punya hak yang sama dengan manusia lainnya. Selama ini mereka dianggap kaum yang tidak punya masa depan, kaum yang lemah dan panttas untuk jadi bahan olok-olokan. Sudah saatnya mewujudkan masyarakat inklusi yang harmonis dan non diskriminasi.

Peran Negara
Negara juga harus berperan dalam perubahan paradigma yang ada di dalam masyarakat dan keluarga tentang penyandang disabilitas. Peluang diratifikasinya Konvensi Peningkatan Harkat dan Martabat Penyandang Disabilitas sebagai tonggak peningkatan harkat dan martabat penyandang disabilitas di Indonesia. Negara sebagai sebuah konsesus masyarakat yang memang harus memenuhi segala kebutuhan warga masyarakatnya. Kebutuhan akan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas adalah suatu keharusan. Penyandang disabilitas selama ini merasa Negara melalui Pemerintah telah mengabaikan hak-hak penyandang disabilitas. Aksesibilitas baik fisik mapun non fisik juga masih sangat dirasakan kurang oleh Penyandang Disabilitas, sehingga diharapkan pasca diratifikasinya Konvensi Hak-hak Penyandang Cacat (CRPD) aka nada peningkatan harkat dan martabat Penyandang Disabilitas, dan semoga ratifikasi tersebut tidak jadi menara gading yang implementasinya di masyarakat jauh dari harapan.
Penutup
Tulisan ini dibuat tidak lebih untuk memberikan wawasan kepada semua orang tentang penyandang disabilitas., mungkin tulisan ini banyak kekurangan terbuka untuk menerima kritikan atau ada tanggapan silahkan kami buka ruang selebar-lebarnya. Tulisan ini Saya buat dalam rangka memperingati Hari Internasional Penyandang Disabilitas yang jatuh pada tanggal 3 Desember 2011 mendatang dan juga untuk mengikuti blogging contest semi SEO yang diadakan oleh kartunnet.com, sebuah media digital yang dikelola oleh teman-teman tuna netra. Harapan kedepannya kartunet dapat menjadi wadah untuk menyuarakan aspirasi penyandang disabilitas, dan mampu membawa perubahan paradigma masyarakat tentang dunia disabilitas.

Sebagai persembahan terakhir Kami haturkan sebuah Puisi karangan saya, yang tercipta pada tanggal 19 Oktober 2010 berjudul
“Anugerah Kecacatan”
(Lumajang, 19.10.2010)

Ketika kepingan tulang tak dapat membentuk tangan dan kaki
Ketika serpihan daging tak lagi membentuk kulit
Bahkan ketika rumah siput tak mampu bertengger mesra di telinga kami
Demikian juga kemampuan otak kami yang terbatas
Atau mata kami yang tak mampu menatap warna indahnya dunia

Kita masih bisa melantukan lagu merdu tentang kehidupan
Yang terkadang melantangkan kepedihan karena kami tidak dianggap
Terkadang juga membelaskasihani kami padahal kami mampu
Terkadang juga menganggap kami aib sehingga jadilah yang terbuang

Tapi inilah Kami yang katanya serba terbatas padahal tak kenal aras
Tapi inilah Kami yang tak pernah bertopang dagu rubah nasib yang semakin berpacu
Ya inilah Kami yang jauh dari kesedihan walau badai harus terlawan
Ya inilah Kami yang harus tetap hidup sampai nyawa meredup

Tiada pernah ada kata menyerah meski diri terbelah
Tiada keinginan merubah bentuk walau tubuh tertekuk
Kami sadar inilah kesempurnaan dari Sang Pembuat agar saling mengingatkan
Kecacatan adalah anugerah tempat Kami untuk berserah

<a href="Kontes Blogging Kartunet 2011“>

 
15 Comments

Posted by on November 27, 2011 in Difabilitas

 

Tags:

15 responses to “MERUBAH PARADIGMA DISABILITAS DALAM PANDANGAN MASYARAKAT

  1. iwan

    November 27, 2011 at 10:29 pm

    menarik wha, saran saya Coba lebih dikonkritkan lagi soal bagaimana menciptakan titik penyambung dari keluarga masyarakat dan negara dalam menggeser paradigma klasik soal Disabilitas,,

    sukses wha salam

     
    • whawha

      November 27, 2011 at 10:51 pm

      ya nanti akan aq buat kelanjutan dari tulisan ini agar ketemu benang merahnya

       
  2. antho13

    November 27, 2011 at 10:39 pm

    Jika ketika kubaca tulisan ini sedang turun hujan, maka ku melilih untuk berdiri dibawahnya… Karena disaat itulah orang2 ga bisa melihat air mataku.

    Semangat bung!! Salut buat anda…

    **Speechless

     
  3. w.ni putri

    November 27, 2011 at 11:44 pm

    keren banget mas!!!!perjuangan untuk kaum disabilitas memang harus gencar di suarakan. perjuangkan hak yang lebh untk mereka. klo bsa lbh dipaparkan hak-hak apa saja yang tertutup untuk mereka,jdi lbih terang kasusnya, soalnya g smw org memikirkan hal tersebut. Semangatttttt…..

     
    • whawha

      November 28, 2011 at 7:37 pm

      Banyak sebenarnya weni ttg hak2 penyandang disabilitas yang tidak terpenuhi atau ada perlakuan diskriminasi, saya sendiri mengalami hal itu wen

       
  4. shuniyyaShuniyya Ruhama

    November 28, 2011 at 2:18 am

    sebuah awal yang baik untuk menyentuh hati para pembacanya. matur suwun mas Whawha atas kabar yang indah ini, semoga bisa menjadi hikmah bagi mereka yang berakal. Ditunggu tulisan-tulisan berikutnya ya…

     
    • whawha

      November 28, 2011 at 7:36 pm

      Siap mbak saya coba akan buat tulisan-tulisan lagi yang lebih kritis berdasarkan pengalaman pribadi dan observasi saya di lapangan

       
  5. Widy Taurus

    November 28, 2011 at 2:39 pm

    sipp wha… mungkin bisa diberikan contoh yang berhasil menerapkan sinergi peran dari keluarga, negara dan masyarakat…mungkin bisa pengalaman pribadimu wha…sehingga bisa jadi inspirasi bagi kawan² disabilitas yang lain… mantab…semoga sukses !!!

     
    • whawha

      November 28, 2011 at 7:33 pm

      nanti contoh2 keberhasilannya insya Allah akan saya tulis dituilisan saya berikutnya wid

       
  6. indra

    November 28, 2011 at 3:47 pm

    Ssiippp…kata2nya sangt kritis

     
  7. echalogy

    November 28, 2011 at 5:38 pm

    seperti biasa mas wawa selalu mengangkat tentang permasalahan-permasalahan sosial dalam tulisannya, mengkritik dan mengajak kita untuk melakukan perubahan, demikian pula pembacaan saya pada tulisan beliau yang satu ini. gaya bertutur profokatifnya menularkan semangat juang yang beliau miliki kepada pembaca, alur berfikirnya sistematis, memudahkan pembaca mencerna makna yang coba disampaikan.
    selamat memperingati Hari Internasional Penyandang Disabilitas 3 Desember 2011, mas wawa… semoga sukses! **salute**

     
    • whawha

      November 28, 2011 at 7:35 pm

      Makasih echa sebenarnya ada brrp tulisan saya tentang disabilitas di arsip-arsip saya sebelumnya, ada yang pengetahuan tentang berinteraksi atau mengupas tentang hak pendidikan, hehehehe… anyway thanks atas kritikannya

       
  8. Resya Trinovia

    November 28, 2011 at 6:15 pm

    wwah, mas wawa baru ini baca tulisannya yang mengangkat tentang disabilitas. namun tetap pada lingkup kritik sosial masyarakat. sebuah perjuangan yang berat namun sejauh ini berhasil dijalankan secara konsisten.
    tulisan ini saya nilai berhasil dalam usahanya menyampaikan makna dan aspirasi melalui cara penulisan dan berfikir yang sistematis sehingga memudahkan pembaca untuk mencernanya. dan bagian terbaik dari tulisan ini adalah gaya bertuturnya yg profokatif, menularkan semangat juang yang mas wawa punya kepada pembaca.
    selamat memperingati Hari Internasional Penyandang Disabilitas, 3 Desember 2011. semoga sukses! *salute*

     
  9. Popoe

    December 8, 2011 at 6:52 am

    cak wawa ternyata di sinipun koar” tentang disabilitas. keren keren,, memang butuh keringat yang banyak untuk membalikkan stigma yang ada tetang penyandang disabilitas. banyak sekali orang yang acuh atau memang gak denger soal isu-isu macem gini..

    yang saya sayangkan ketika orang” yang menganggap dirinya berpendidikan, berkuasa, bijaksana, terpandang, dsb justru menutup mata, telinga dan semua indera mereka seolah bukan jadi soal. jangan” mereka yg penyandang disabilitas –‘

    #selamat berjuang ^0^//

     
    • whawha

      December 8, 2011 at 9:44 am

      Dimanapun ketika ada ketidakadilan mengenai persoalan diabilitas kita wajib menyuarakannya popoe, inget kita juga bagian dari sosialita, hehehehe… :)) Thanks Popoe sudah ngasih komen y?

       

Leave a comment